Sabtu, 02 Desember 2023

Mengulas Asesmen di Ruang Kelas

 

Asesmen di Kelas 5 SD Negeri 3 Banjar Jawa
Sumber: Dokumen Pribadi

Asesmen yang dianalisis yaitu asesmen yang dilaksanakan di salah satu kelas PPL SD Negeri 3 Banjar Jawa. Analisis dilakukan dengan mengobservasi salah satu asesmen yang telah diterapkan di kelas. Asesmen yang dianalisis yaitu berkaitan dengan asesmen formatif sebagai berikut.

Mata Pelajaran

:

Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial

Kelas

:

V (Lima)

Fase

:

C

Capaian Pembelajaran

:

Peserta didik mengenal berbagai macam kegiatan ekonomi masyarakat dan ekonomi kreatif di lingkungan sekitar

Tujuan Pembelajaran

:

  1. Melalui kegiatan mengamati gambar, peserta didik mampu membedakan jenis-jenis aktivitas ekonomi yang ada di daerah tempat tinggalnya.
  2. Melalui kegiatan bermain peran, peserta didik mampu menguraikan peran pelaku aktivitas ekonomi yang ada di daerah tempat tinggalnya.

Materi Ajar (Topik)

:

Kondisi Perekonomian Daerahku

Bentuk Asesmen (soal tertulis/projek/unjuk kerja/dll)


:

  1. Penilaian sikap: observasi menggunakan lembar observasi untuk mengukur kemampuan bernalar kritis dan gotong-royong siswa.
  2. Penilaian pengetahuan: tes tertulis berupa soal uraian untuk mengukur kemampuan siswa membedakan jenis-jenis aktivitas eknomi, serta. menguraikan peran pelaku aktivitas ekonomi.
  3. Penilaian keterampilan: unjuk kerja dan bermain peran menggunakan lembar pengamatan dan rubrik penilaian.

Beberapa ulasan yang dapat diambil berdasarkan analisis asesmen yang telah dilakukuan yaitu sebagai berikut.

1. Kesesuaian dengan Tahapan Perkembangan Peserta Didik

Tahapan perkembangan peserta didik usia kelas 5 SD dilihat dari segi pikomotorik, kognitif, dan sosioemosional (Erlina, 2022), yaitu: 1) Dari segi psikomotor tinggi dan berat badan berkembang lebih lambat dari sebelumnya, serta anak sangat suka melakukan aktivitas atau olahraga di luar ruangan dan sangat aktif; 2) Dari segi kognitif sudah mampu menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah konkrit, anak sudah mampu menggunakan bahasa untuk menjelaskan keinginannya dengan lebih jelas, serta sudah mampu memahami adanya sebab akibat; 3) Dari segi sosioemosional anak sudah mampu membentuk self esteem atau harga diri bagi dirinya, mulai belajar berempati, serta kecerdasan emosional juga sudah lebih baik karena dapat mengatur emosinya dan melibatkan kontrol yang disadari untuk mengaturnya. Selain itu, dijelaskan pula tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget (dalam Sari, 2023) yaitu sebagai berikut.

  • Tahap sensorimotor (0-2 tahun): Peserta didik belajar melalui indra dan tindakan mereka.
  • Tahap praoperasional (2-7 tahun): Peserta didik mulai menggunakan bahasa dan simbol, tetapi mereka masih berpikir secara egosentris.
  • Tahap operasional konkret (7-11 tahun): Peserta didik mulai berpikir secara logis, tetapi mereka masih terbatas pada hal-hal yang dapat mereka amati secara langsung.
  • Tahap operasional formal (11-15 tahun): Peserta didik mulai berpikir secara abstrak dan hipotetis.

Pada tahap usia kelas 5 anak sudah berada pada masa peralihan dari operasional konkret ke operasional formal, sehingga anak sudah mulai dibelajarkan untuk berpikir abstrak serta melakukan hipotesis terhadap permasalahan pembelajaran. 

Proses Pembelajaran sebagai Asesmen Sikap 

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa bagian asesmen yang menunjukkan kesesuaian dengan tahapan perkembangan peserta didik yaitu pada penilaian sikap terlihat dari asesmen yang mengukur kemampuan bernalar kritis dan gotong royong, dimana anak pada usia kelas 5 sudah mampu membentuk self estem atau harga diri bagi dirinya. Anak juga sudah mulai belajar berempati, dapat mengatur emosi dan melibatkan kontrol yang baik dalam dirinya. Melalui asesmen ini dapat mengetahui kemampuan siswa sesuai perkembangan tersebut, seperti yang terlihat pada kegiatan gotong royong yang dapat menunjukkan empati, mampu menghargai teman sebagai kontrol emosi, serta mampu bertanggung jawab dalam bergotong royong sebagai bentuk kontrol terhadap harga diri siswa. Pada penilaian pengetahuan terlihat dari guru yang memberikan asesmen berupa soal uraian untuk mampu membedakan jenis aktivitas ekonomi serta menguraikan peran pelaku ekonomi. Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik yang mampu menjelaskan menggunakan bahasa untuk menjelaskan sesuatu serta memahami sebab-akibat. Siswa juga sudah mulai mampu berpikir abstrak sehingga tepat diberikan asesmen yang berkaitan dengan konsep tanpa diberikan benda konkret. Pada penilaian keterampilan terlihat dari asesmen yang diberikan berkaiatan dengan kemampuan siswa melakukan suatu kerja serta melakukan aktivitas bermain peran yang sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik kelas 5 yang sangat aktif dan suka melakukan aktivitas di dalam maupun di luar ruangan.

2. Kesesuaian dengan Aspek Lingkungan Budaya dan Karakteristik Peserta Didik

Lingkungan budaya berkaitan dengan keadaan atau nilai-nilai dalam masyarakat, adat istiadat, dan cara hidup masyarakat yang mengelilingi kehidupan peserta didik. Lingkungan budaya dapat dijadikan sumber belajar bagi peserta didik untuk menanamkan nilai-nilai budaya yang ada di lingkungan sekitarnya. Pembelajaran yang menyesuaikan dengan lingkungan budaya peserta didik dapat dilakukan guru dengan memperkenalkan budaya kepada peserta didik supaya mereka dapat menghormati, menghargai, serta  responsif terhadap budaya yang ada. Selain itu, pembelajaran yang mengambil konteks lingkungan budaya juga dapat memberikan kesadaran agar siswa tanggap terhadap budayanya dan memiliki kepedulian sosial.

Aspek lingkungan budaya juga berkaitan dengan dengan karakteristik siswa, dimana pada usia kelas 5 peserta didik cenderung aktif dan mempunyai perhatian yang besar terhadap lingkungannya. Pada akhir fase ini, anak mulai “menemukan diri sendiri” pengetahuannya secara tidak sadar (Sobur, 2009). Siswa kelas 5 biasanya berusia 10-12 tahun, menurut Piaget umur ini bersama dengan pubertas anak-anak dapat mengembangkan pola-pola berpikir formal seutuhnya. Peserta didik mampu memperoleh ”strategi” yang logis, rasional dan abstrak. Basset, Jacka, dan Logan mengemukakan bahwa karakteristik siswa usia Sekolah Dasar adalah secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri; senang bermain dan lebih suka bergembira/riang; suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru; biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan; mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi; dan mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya (Sumantri dan Permana, 2001). Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.

Bermain Peran tentang Ekonomi Masyarakat (Asesmen Keterampilan)

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa asesmen yang menunjukkan kesesuaian dengan aspek lingkungan budaya dan karakteristik peserta didik yaitu terlihat pada asesmen sikap yang menunjukkan bahwa siswa dinilai sikapnya untuk mengetahui sikap siswa terkait aktivitas ekonomi yang ada di daerahnya (terlihat dari ndikator yang dibuat). Dari hal ini terlihat bahwa guru mengaitkan asesmen dengan sosial budaya peserta didik atau kondisi tempat tinggal siswa. Lingkungan budaya yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan tradisi, namun mengambil pola kehidupan sehari-hari siswa atau kondisi lingkungan yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini dilakukan asesmen yang mengangkat tentang perekonomian daerah. Selain itu, terlihat dari asesmen pengetahuan yang mengangkat konsep ekonomi masyarakat, serta penilaian keterampilan melalui unjuk kerja dan bermain peran yang mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari atau pola ekonomi masyarakat. Melalui unjuk kerja dan bermain peran ini siswa juga dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga mewadahi karakteristik belajar siswa yang senang dengan kegiatan yang melibatkannya langsung ke dalam pembelajaran. Dengan mengangkat kondisi lingkungan masyarakat atau daerah tempat tinggal siswa dapat memberikan pembelajaran yang bermakna sesuai lingkungan budaya dan karakteristik peserta didik yang memiliki perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. 

3. Kesesuaian dengan Kemampuan Peserta Didik  

Kemampuan berkaitan dengan daya tampung atau kapasitas peserta didik dalam melakukan berbagai kegiatan pembelajaran. Asesmen yang dilakukan harus memperhatikan kemampuan peserta didik agar asesmen yang diberikan dapat dikerjakan atau dilaksanakan siswa dengan baik dan tidak menyebabkan siswa berpikir berlebih dari kemampuannya. Dimana pada usia kelas 5 siswa berada pada fase C (usia 10-12 tahun). Pada masa ini anak berada di tengah-tengah antara masa kanak-kanak dan pra-remaja. Anak sudah mulai bisa berpikir dan bersikap lebih dewasa, namun sifat kekanak-kanaknya masih mendominasi (Ajim, 2023). Dilihat dari perkembangan kognitifnya, anak pada usia ini semakin mampu memecahkan masalah dan semakin baik meregulasi diri atau dapat mengarahkan tindakan, perasaan, dan pikirannya. Anak juga memiliki daya ingat yang semakin baik, semakin mampu berempati terhadap perasaan dan sudut pandang orang lain, mampu memahami masalah dari beberapa sudut pandang dan memiliki beragam solusi, serta mulai mampu menggunakan logika dan berpikir abstrak dalam pemecahan masalah.

Perkembangan bahasa anak juga semakin baik, dimana anak berdikusi dan berbicara, memahami bahwa dalam pernyataan dan pertanyaan memiliki makna  yang lebih dalam, serta kemampuan membaca berkembang pesat dan mulai menikmati bacaan dengan teks yang panjang. Secara sosioemosional anak memiliki self-esteem (penghargaan diri), dapat mengontrol emosi, lebih senang beraktivitas di dalam kelompok, serta dapat merefleksikan norma dan nilai yang selama ini diajarkan.

Menjawab Soal Uraian (Asesmen Pengetahuan)

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa bagian asesmen yang menunjukkan kesesuaian dengan kemampuan peserta didik terlihat dari semua rincian asesmen yang dilakukan, baik asesmen sikap, pengetahuan, maupun keterampilan. Dimana asesmen sikap dapat mengobservasi peserta didik dalam meregulasi diri atau mengarahkan tindakan, perasaan, dan pikirannya, serta berempati terhadap perasaan dan sudut pandang orang lain. Asesmen pengetahuan beruapa soal uraian yang memerlukan konsepsi dalam pemecahannnya menyesuaikan dengan kemampuan siswa menggunakan logika dan berpikir abstrak dalam pemecahan masalah. Pemberian asesmen yang berupa soal uraian juga dapat melatih kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa untuk mendekripsikan sesuatu. Kemampuan siswa untuk mampu mengkonsepkan teori dengan konteks nyata juga terlihat dari unjuk kerja dan bermain peran yang dilakukan. Siswa juga dapat menunjukkan kontrol emosi, kemampuan beraktivitas kelompok, serta dapat merefleksikan norma dan nilai yang selama ini diajarkan melalui unjuk kerja dan bermain peran yang dilakukan.

4. Kesesuaian dengan Memberikan Ruang bagi Peserta Didik untuk Memberikan Umpan Balik Terhadap Proses Pembelajaran

Menurut Windarsih (2016) umpan balik merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik dalam memahami suatu pembelajaran dengan cara menanggapi hasil suatu pembelajaran yang dilakukan sampai peserta didik menguasai materi yang telah disampaikan. Asesmen yang memberikan ruang bagi peserta didik memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran merupakan asesmen yang mampu memberikan menunjukkan kemampuan siswa atau hasil belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Umpan balik dapat memberikan informasi yang diperoleh dari tes, unjuk kerja, bermain peran, diskusi, atau ukur lainnya kepada peserta didik untuk memperbaiki pencapaian hasil belajarnya. Selain itu, dapat pula membantu siswa menentukan strategi belajar yang lebih tepat untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih maksimal. Ruang bagi peserta didik untuk memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran juga memiliki korelasi positif antara keselarasan kemampuan siswa dalam memahami materi dengan penggunaan umpan balik yang efektif.

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa bagian asesmen yang menunjukkan kesesuaian dengan memberikan ruang bagi peserta didik untuk memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran yaitu terlihat dari semua rincian asesmen yang dilakukan. Seperti yang terlihat pada asesmen pengetahuan, melalui asesmen ini peserta didik dapat memberikan umpan balik terkait kemampuannya membedakan jenis-jenis aktivitas ekonomi serta menguraikan peran pelaku aktivitas ekonomi yang ada di daerah tempat tinggalnya sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan sebelumnya. Penilaian sikap dan keterampilan yang dilakukan juga dapat memberikan umpan balik bagi siswa terhadap proses pembelajaran, dimana dapat ditunjukkan melalui  bernalar kritis, gotong royong, serta aspek-aspek keterampilan yang dijadikan sebagai asesmen. Melalui hal tersebut dapat terlihat bahwa asesmen yang dilakukan dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, sehingga dapat dijadikan bahan melakukan refleksi terhadap proses belajar yang telah dilakukan. 

5. Hal yang Ingin Dingkatkan untuk Memaksimalkan Efektivitas Asesmen dengan Memperhatikan Tahapan Perkembangan Peserta Didik, Lingkungan Budaya dan Karakter Peserta Didik, serta Kemampuan Peserta Didik

Hal yang ingin ditingkatkan untuk memaksimalkan efektivitas asesmen yaitu dengan memberikan asesmen yang menyeluruh pada aspek penilaian sikap dengan membedakan asesmen tersebut ke dalam penilaian sikap spiritual dan penilaian sikap sosial. Asesmen yang telah dikembangkan sebelumnya sudah memuat penilaian terhadap sikap sosial siswa, sehingga hanya perlu ditambahkan penilaian pada sikap spiritual dapat dengan menambahkan aspek “beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia”, serta dapat pula menambahkan aspek “perilaku bersyukur”. Selain itu, dapat pula asesmen pengetahuan yang dibuat dikembangkan dengan mengambil peristiwa sehari-hari atau konteks nyata untuk dihubungkan ke dalam soal sehingga dapat membantu proses berpikir siswa dari operasional konkret ke operasional formal . Melalui hal ini dapat pula memaksimalkan pemahaman siswa terkait kondisi lingkungan budaya yang ada di sekitarnya sehingga memberikan pemahaman bermakna. Terkait penilaian keterampilan yang dibuat sebelumnya sudah sesuai dengan perkembangan, karakteristik, maupun kemampuan peserta didik kelas 5 yang sudah mampu memaksimalkan penggunaan tata bahasa maupun kreativitasnya melalui unjuk kerja dan bermain peran yang dijadikan asesmen pembelajaran.


Tautan Modul Ajar ( Asesmen yang Dianalisis):

https://drive.google.com/file/d/1J-BxqOLlzHZCEAFzg5_gbEDF_lJjet-4/view?usp=sharing


Referensi

Ajim, Nanang. 2023. Perkembangan Anak Fase C 10-12 Tahun. https://www.mikirbae.com/2023/05/perkembangan-anak-fase-c-10-12-tahun.html.

Anonim. 2020. Karakteristik Siswa Anak Kelas V SD Menurut Para Ahli. https://www.pgsdblog.com/2017/11/karakteristik-siswa-anak-kelas-v-sd.html.

Erlina. 2022. Memahami Perkembangan Anak Kelas V SD saat Pembelajaran. Diakses pada 30 November 2023. https://joglojateng.com/2022/11/15/memahami-perkembangan-anak-kelas-v-sd-saat-pembelajaran/.

Sari, Nisa Mauliana. 2023. Mengulas Asesmen di Ruang Kelas. Diakses pada 30 November 2023. Kompasiana.com. 

Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sumantri, M. & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana.

Windarsih, C. A. 2016. Aplikasi Teori Umpan Balik (Feedback) Dalam Pembelajaran Motorik Pada Anak Usia Dini. E-Journal STKIP Siliwangi. Vol.2. No.1. pp.20-29.

0 komentar:

Posting Komentar