This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 02 Desember 2023

Mengulas Asesmen di Ruang Kelas

 

Asesmen di Kelas 5 SD Negeri 3 Banjar Jawa
Sumber: Dokumen Pribadi

Asesmen yang dianalisis yaitu asesmen yang dilaksanakan di salah satu kelas PPL SD Negeri 3 Banjar Jawa. Analisis dilakukan dengan mengobservasi salah satu asesmen yang telah diterapkan di kelas. Asesmen yang dianalisis yaitu berkaitan dengan asesmen formatif sebagai berikut.

Mata Pelajaran

:

Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial

Kelas

:

V (Lima)

Fase

:

C

Capaian Pembelajaran

:

Peserta didik mengenal berbagai macam kegiatan ekonomi masyarakat dan ekonomi kreatif di lingkungan sekitar

Tujuan Pembelajaran

:

  1. Melalui kegiatan mengamati gambar, peserta didik mampu membedakan jenis-jenis aktivitas ekonomi yang ada di daerah tempat tinggalnya.
  2. Melalui kegiatan bermain peran, peserta didik mampu menguraikan peran pelaku aktivitas ekonomi yang ada di daerah tempat tinggalnya.

Materi Ajar (Topik)

:

Kondisi Perekonomian Daerahku

Bentuk Asesmen (soal tertulis/projek/unjuk kerja/dll)


:

  1. Penilaian sikap: observasi menggunakan lembar observasi untuk mengukur kemampuan bernalar kritis dan gotong-royong siswa.
  2. Penilaian pengetahuan: tes tertulis berupa soal uraian untuk mengukur kemampuan siswa membedakan jenis-jenis aktivitas eknomi, serta. menguraikan peran pelaku aktivitas ekonomi.
  3. Penilaian keterampilan: unjuk kerja dan bermain peran menggunakan lembar pengamatan dan rubrik penilaian.

Beberapa ulasan yang dapat diambil berdasarkan analisis asesmen yang telah dilakukuan yaitu sebagai berikut.

1. Kesesuaian dengan Tahapan Perkembangan Peserta Didik

Tahapan perkembangan peserta didik usia kelas 5 SD dilihat dari segi pikomotorik, kognitif, dan sosioemosional (Erlina, 2022), yaitu: 1) Dari segi psikomotor tinggi dan berat badan berkembang lebih lambat dari sebelumnya, serta anak sangat suka melakukan aktivitas atau olahraga di luar ruangan dan sangat aktif; 2) Dari segi kognitif sudah mampu menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah konkrit, anak sudah mampu menggunakan bahasa untuk menjelaskan keinginannya dengan lebih jelas, serta sudah mampu memahami adanya sebab akibat; 3) Dari segi sosioemosional anak sudah mampu membentuk self esteem atau harga diri bagi dirinya, mulai belajar berempati, serta kecerdasan emosional juga sudah lebih baik karena dapat mengatur emosinya dan melibatkan kontrol yang disadari untuk mengaturnya. Selain itu, dijelaskan pula tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget (dalam Sari, 2023) yaitu sebagai berikut.

  • Tahap sensorimotor (0-2 tahun): Peserta didik belajar melalui indra dan tindakan mereka.
  • Tahap praoperasional (2-7 tahun): Peserta didik mulai menggunakan bahasa dan simbol, tetapi mereka masih berpikir secara egosentris.
  • Tahap operasional konkret (7-11 tahun): Peserta didik mulai berpikir secara logis, tetapi mereka masih terbatas pada hal-hal yang dapat mereka amati secara langsung.
  • Tahap operasional formal (11-15 tahun): Peserta didik mulai berpikir secara abstrak dan hipotetis.

Pada tahap usia kelas 5 anak sudah berada pada masa peralihan dari operasional konkret ke operasional formal, sehingga anak sudah mulai dibelajarkan untuk berpikir abstrak serta melakukan hipotesis terhadap permasalahan pembelajaran. 

Proses Pembelajaran sebagai Asesmen Sikap 

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa bagian asesmen yang menunjukkan kesesuaian dengan tahapan perkembangan peserta didik yaitu pada penilaian sikap terlihat dari asesmen yang mengukur kemampuan bernalar kritis dan gotong royong, dimana anak pada usia kelas 5 sudah mampu membentuk self estem atau harga diri bagi dirinya. Anak juga sudah mulai belajar berempati, dapat mengatur emosi dan melibatkan kontrol yang baik dalam dirinya. Melalui asesmen ini dapat mengetahui kemampuan siswa sesuai perkembangan tersebut, seperti yang terlihat pada kegiatan gotong royong yang dapat menunjukkan empati, mampu menghargai teman sebagai kontrol emosi, serta mampu bertanggung jawab dalam bergotong royong sebagai bentuk kontrol terhadap harga diri siswa. Pada penilaian pengetahuan terlihat dari guru yang memberikan asesmen berupa soal uraian untuk mampu membedakan jenis aktivitas ekonomi serta menguraikan peran pelaku ekonomi. Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik yang mampu menjelaskan menggunakan bahasa untuk menjelaskan sesuatu serta memahami sebab-akibat. Siswa juga sudah mulai mampu berpikir abstrak sehingga tepat diberikan asesmen yang berkaitan dengan konsep tanpa diberikan benda konkret. Pada penilaian keterampilan terlihat dari asesmen yang diberikan berkaiatan dengan kemampuan siswa melakukan suatu kerja serta melakukan aktivitas bermain peran yang sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik kelas 5 yang sangat aktif dan suka melakukan aktivitas di dalam maupun di luar ruangan.

2. Kesesuaian dengan Aspek Lingkungan Budaya dan Karakteristik Peserta Didik

Lingkungan budaya berkaitan dengan keadaan atau nilai-nilai dalam masyarakat, adat istiadat, dan cara hidup masyarakat yang mengelilingi kehidupan peserta didik. Lingkungan budaya dapat dijadikan sumber belajar bagi peserta didik untuk menanamkan nilai-nilai budaya yang ada di lingkungan sekitarnya. Pembelajaran yang menyesuaikan dengan lingkungan budaya peserta didik dapat dilakukan guru dengan memperkenalkan budaya kepada peserta didik supaya mereka dapat menghormati, menghargai, serta  responsif terhadap budaya yang ada. Selain itu, pembelajaran yang mengambil konteks lingkungan budaya juga dapat memberikan kesadaran agar siswa tanggap terhadap budayanya dan memiliki kepedulian sosial.

Aspek lingkungan budaya juga berkaitan dengan dengan karakteristik siswa, dimana pada usia kelas 5 peserta didik cenderung aktif dan mempunyai perhatian yang besar terhadap lingkungannya. Pada akhir fase ini, anak mulai “menemukan diri sendiri” pengetahuannya secara tidak sadar (Sobur, 2009). Siswa kelas 5 biasanya berusia 10-12 tahun, menurut Piaget umur ini bersama dengan pubertas anak-anak dapat mengembangkan pola-pola berpikir formal seutuhnya. Peserta didik mampu memperoleh ”strategi” yang logis, rasional dan abstrak. Basset, Jacka, dan Logan mengemukakan bahwa karakteristik siswa usia Sekolah Dasar adalah secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri; senang bermain dan lebih suka bergembira/riang; suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru; biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan; mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi; dan mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya (Sumantri dan Permana, 2001). Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.

Bermain Peran tentang Ekonomi Masyarakat (Asesmen Keterampilan)

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa asesmen yang menunjukkan kesesuaian dengan aspek lingkungan budaya dan karakteristik peserta didik yaitu terlihat pada asesmen sikap yang menunjukkan bahwa siswa dinilai sikapnya untuk mengetahui sikap siswa terkait aktivitas ekonomi yang ada di daerahnya (terlihat dari ndikator yang dibuat). Dari hal ini terlihat bahwa guru mengaitkan asesmen dengan sosial budaya peserta didik atau kondisi tempat tinggal siswa. Lingkungan budaya yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan tradisi, namun mengambil pola kehidupan sehari-hari siswa atau kondisi lingkungan yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini dilakukan asesmen yang mengangkat tentang perekonomian daerah. Selain itu, terlihat dari asesmen pengetahuan yang mengangkat konsep ekonomi masyarakat, serta penilaian keterampilan melalui unjuk kerja dan bermain peran yang mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari atau pola ekonomi masyarakat. Melalui unjuk kerja dan bermain peran ini siswa juga dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga mewadahi karakteristik belajar siswa yang senang dengan kegiatan yang melibatkannya langsung ke dalam pembelajaran. Dengan mengangkat kondisi lingkungan masyarakat atau daerah tempat tinggal siswa dapat memberikan pembelajaran yang bermakna sesuai lingkungan budaya dan karakteristik peserta didik yang memiliki perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. 

3. Kesesuaian dengan Kemampuan Peserta Didik  

Kemampuan berkaitan dengan daya tampung atau kapasitas peserta didik dalam melakukan berbagai kegiatan pembelajaran. Asesmen yang dilakukan harus memperhatikan kemampuan peserta didik agar asesmen yang diberikan dapat dikerjakan atau dilaksanakan siswa dengan baik dan tidak menyebabkan siswa berpikir berlebih dari kemampuannya. Dimana pada usia kelas 5 siswa berada pada fase C (usia 10-12 tahun). Pada masa ini anak berada di tengah-tengah antara masa kanak-kanak dan pra-remaja. Anak sudah mulai bisa berpikir dan bersikap lebih dewasa, namun sifat kekanak-kanaknya masih mendominasi (Ajim, 2023). Dilihat dari perkembangan kognitifnya, anak pada usia ini semakin mampu memecahkan masalah dan semakin baik meregulasi diri atau dapat mengarahkan tindakan, perasaan, dan pikirannya. Anak juga memiliki daya ingat yang semakin baik, semakin mampu berempati terhadap perasaan dan sudut pandang orang lain, mampu memahami masalah dari beberapa sudut pandang dan memiliki beragam solusi, serta mulai mampu menggunakan logika dan berpikir abstrak dalam pemecahan masalah.

Perkembangan bahasa anak juga semakin baik, dimana anak berdikusi dan berbicara, memahami bahwa dalam pernyataan dan pertanyaan memiliki makna  yang lebih dalam, serta kemampuan membaca berkembang pesat dan mulai menikmati bacaan dengan teks yang panjang. Secara sosioemosional anak memiliki self-esteem (penghargaan diri), dapat mengontrol emosi, lebih senang beraktivitas di dalam kelompok, serta dapat merefleksikan norma dan nilai yang selama ini diajarkan.

Menjawab Soal Uraian (Asesmen Pengetahuan)

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa bagian asesmen yang menunjukkan kesesuaian dengan kemampuan peserta didik terlihat dari semua rincian asesmen yang dilakukan, baik asesmen sikap, pengetahuan, maupun keterampilan. Dimana asesmen sikap dapat mengobservasi peserta didik dalam meregulasi diri atau mengarahkan tindakan, perasaan, dan pikirannya, serta berempati terhadap perasaan dan sudut pandang orang lain. Asesmen pengetahuan beruapa soal uraian yang memerlukan konsepsi dalam pemecahannnya menyesuaikan dengan kemampuan siswa menggunakan logika dan berpikir abstrak dalam pemecahan masalah. Pemberian asesmen yang berupa soal uraian juga dapat melatih kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa untuk mendekripsikan sesuatu. Kemampuan siswa untuk mampu mengkonsepkan teori dengan konteks nyata juga terlihat dari unjuk kerja dan bermain peran yang dilakukan. Siswa juga dapat menunjukkan kontrol emosi, kemampuan beraktivitas kelompok, serta dapat merefleksikan norma dan nilai yang selama ini diajarkan melalui unjuk kerja dan bermain peran yang dilakukan.

4. Kesesuaian dengan Memberikan Ruang bagi Peserta Didik untuk Memberikan Umpan Balik Terhadap Proses Pembelajaran

Menurut Windarsih (2016) umpan balik merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik dalam memahami suatu pembelajaran dengan cara menanggapi hasil suatu pembelajaran yang dilakukan sampai peserta didik menguasai materi yang telah disampaikan. Asesmen yang memberikan ruang bagi peserta didik memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran merupakan asesmen yang mampu memberikan menunjukkan kemampuan siswa atau hasil belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Umpan balik dapat memberikan informasi yang diperoleh dari tes, unjuk kerja, bermain peran, diskusi, atau ukur lainnya kepada peserta didik untuk memperbaiki pencapaian hasil belajarnya. Selain itu, dapat pula membantu siswa menentukan strategi belajar yang lebih tepat untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih maksimal. Ruang bagi peserta didik untuk memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran juga memiliki korelasi positif antara keselarasan kemampuan siswa dalam memahami materi dengan penggunaan umpan balik yang efektif.

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa bagian asesmen yang menunjukkan kesesuaian dengan memberikan ruang bagi peserta didik untuk memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran yaitu terlihat dari semua rincian asesmen yang dilakukan. Seperti yang terlihat pada asesmen pengetahuan, melalui asesmen ini peserta didik dapat memberikan umpan balik terkait kemampuannya membedakan jenis-jenis aktivitas ekonomi serta menguraikan peran pelaku aktivitas ekonomi yang ada di daerah tempat tinggalnya sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan sebelumnya. Penilaian sikap dan keterampilan yang dilakukan juga dapat memberikan umpan balik bagi siswa terhadap proses pembelajaran, dimana dapat ditunjukkan melalui  bernalar kritis, gotong royong, serta aspek-aspek keterampilan yang dijadikan sebagai asesmen. Melalui hal tersebut dapat terlihat bahwa asesmen yang dilakukan dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, sehingga dapat dijadikan bahan melakukan refleksi terhadap proses belajar yang telah dilakukan. 

5. Hal yang Ingin Dingkatkan untuk Memaksimalkan Efektivitas Asesmen dengan Memperhatikan Tahapan Perkembangan Peserta Didik, Lingkungan Budaya dan Karakter Peserta Didik, serta Kemampuan Peserta Didik

Hal yang ingin ditingkatkan untuk memaksimalkan efektivitas asesmen yaitu dengan memberikan asesmen yang menyeluruh pada aspek penilaian sikap dengan membedakan asesmen tersebut ke dalam penilaian sikap spiritual dan penilaian sikap sosial. Asesmen yang telah dikembangkan sebelumnya sudah memuat penilaian terhadap sikap sosial siswa, sehingga hanya perlu ditambahkan penilaian pada sikap spiritual dapat dengan menambahkan aspek “beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia”, serta dapat pula menambahkan aspek “perilaku bersyukur”. Selain itu, dapat pula asesmen pengetahuan yang dibuat dikembangkan dengan mengambil peristiwa sehari-hari atau konteks nyata untuk dihubungkan ke dalam soal sehingga dapat membantu proses berpikir siswa dari operasional konkret ke operasional formal . Melalui hal ini dapat pula memaksimalkan pemahaman siswa terkait kondisi lingkungan budaya yang ada di sekitarnya sehingga memberikan pemahaman bermakna. Terkait penilaian keterampilan yang dibuat sebelumnya sudah sesuai dengan perkembangan, karakteristik, maupun kemampuan peserta didik kelas 5 yang sudah mampu memaksimalkan penggunaan tata bahasa maupun kreativitasnya melalui unjuk kerja dan bermain peran yang dijadikan asesmen pembelajaran.


Tautan Modul Ajar ( Asesmen yang Dianalisis):

https://drive.google.com/file/d/1J-BxqOLlzHZCEAFzg5_gbEDF_lJjet-4/view?usp=sharing


Referensi

Jumat, 01 Desember 2023

Pancasila Sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21

Pancasila Sebagai Entitas dan Identitas Banga Indonesia
Sumber: https://images.app.goo.gl/PXosmjDjPevUheaA9

       Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa, dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan negara. Entitas merupakan sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda. Perbedaan ini dapat berupa fisik maupun non fisik. Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia artinya Pancasila memiliki ciri khas tersendiri yakni adanya keberagaman nilai yang terkandung didalamnya. Keberagaman merupakan pengalaman yang membentuk Identitas banga Indonesia secara hakiki (Na’imah,dkk,2017). Entitas ini berpusat pada nilai kebhinekaan. Sedangkan Identitas merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi. Pancasila sebagai Identitas bangsa Indonesia artinya Pancasila memiliki ciri khas yang berbeda dari bangsa lain karena seluruh masyarakatnya merefleksikan nilai-nilai atau pedoman yang terkandung dalam Pancasila. Identitas tersebut merupakan kepribadian atau jati diri bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain. Identitas ini mengacu pada kebudayaan, adat istiadat, serta karakter khas suatu negara.    

      Dalam dunia pendidikan, keberadaan Pancasila sebagai entitas dan indentitas bangsa Indonesia dapat dimaknai dengan menjadikan Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia. Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia dapat diwujudkan dengan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila untuk melaksanakan pendidikan. Secara lebih mengkhusus terlihat pada Kurikulum Merdeka bahwa perwujudan Pancasila dikaji dengan penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dimana Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi karakter atau kompetensi, diantaranya beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 dapat dilihat dari pembelajaran yang holistik dan kontekstual sesuai      pengalaman kehidupan sehari-hari sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam menghayati nilai-nilai Pancasila yang menguatkan identitas manusia Indonesia. Pendidikan abad ke-21 memiliki konsepsi yang berbeda dengan pendidikan terdahulu yang dulunya berpusat pada guru, berorientasi pada hasil, mengutamakan pada kompetisi dan sebagainya. Pendidikan abad ke-21 berpusat pada peserta didik, berorientasi pada proses dan mengembangkan kemampuan kolaborasi, bukan kompetisi. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik harapannya dapat melepaskan “belenggu” peserta didik agar peserta didik memperoleh  kemerdekaannya secara utuh. Hal ini dapat diwujudkan dengan menerapkan profil pelajar Pancasila agar secara langsung siswa dapat menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Khususnya pada ekosistem sekolah di SD Negeri 3 Banjar Jawa Profil Pelajar Pancasila dapat diterapkan dengan cara berikut.

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia

Mewujudkan nilai ketuhanan saat proses pembelajaran mengedepankan menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan melalui berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, merayakan hari besar keagamaan di sekolah, membudayakan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun), serta menanamkan nilai-nilai baik pada peserta didik seperti menghormati teman atau guru yang berbeda agama dan menunjukkan sikap toleransi kepada semua warga sekolah. Contoh pelaksanaan di SD Negeri 3 Banjar Jawa dapat dilihat sebagai berikut.

Merayakan Hari Besar Keagamaan

Berdoa Sebelum dan Setelah Pembelajaran

2. Berkebhinekaan Global

Berkebhinekaan global artinya memiliki perasaan atau dapat menghayati, serta menghormati keberagaman. Hal ini dapat diwujudkan dengan memperkenalkan pembelajaran tanggap budaya untuk mempertahankan nilai luhur, kearifan lokal, dan identitas bangsa Indonesia. Berdasarkan pembelajaran tanggap budaya dialkulturasikan dengan terbuka untuk berkomunikasi dengan budaya lain, sehingga peserta didik  memiliki wawasan dan keterampilan global, serta memupuk rasa bangga dan saling menghargai budaya lain. Pada pendidikan di sekolah dapat diwujudkan dengan menghubungkan kearifan lokal ke dalam pembelajaran (mengaitkan kegiatan nelayan di dengan pembuatan garam sebagai perubahan wujud benda dan dikaitkan dengan budaya lingkungan sekitarnya), menggunakan baju adat saat peringatan Hari Sumpah Pemuda, mempelajari tarian daerah, melaksanakan kegiatan mejejaitan, serta menghargai teman yang memiliki latar belakang budaya atau daerah yang berbeda. Contoh pelaksanaan di SD Negeri 3 Banjar Jawa dapat dilihat sebagai berikut.

Mempelajari Tarian Daerah

Melaksanakan Kegiatan Mejejaitan

3. Bergotong royong

Gotong royong artinya bekerja sama untuk mewujudkan hasil yang diinginkan. Hal ini dapat dilakukan melalui kolaborasi, kepedulian, tanggung jawab, berbagi, dan menyelesaikan pekerjaan secara bersama-sama. Perwujudannya dapat dilihat dari guru yang memberikan pembelajaran dengan metode diskusi dan kerja kelompok, melaksanakan pembersihan lingkungan sekolah secara bersama-sama, dan memberikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk menghias kelanya masing-masing pada peringatan hari kemerdekaan.Contoh pelaksanaan di SD Negeri 3 Banjar Jawa dapat dilihat sebagai berikut.

Melaksanakan Pembelajaran dengan Diskusi Kelompok

4. Mandiri

Guru harus mampu menuntun siswa untuk bertanggung jawab, percaya dengan kemampuannya, mampu mengatur pikiran dan perasaannya untuk mencapai tujuan untuk mewujudkan kemandirian. Hal ini dapat diwujudkan dengan guru memberikan tugas mandiri kepada peserta didik, sekolah memberikan wadah untuk melatih kemandirian siswa melalui organisasi dan ekstrakurikuler, serta guru dapat memberikan PR (Pekerjaan Rumah) yang dapat dikerjakan secara mandiri. Contoh pelaksanaan di SD Negeri 3 Banjar Jawa dapat dilihat sebagai berikut.

Guru Memberikan Tugas Mandiri kepada Peserta Didik

5. Bernalar Kritis

Guru harus mampu membentuk siswa untuk berpikir secara objektif memecahkan permasalahan, mengelaborasi pemahaman, menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan belajarnya agar siswa bernalar kritis dalam menghadapi suatu permasalahan. Hal ini dapat diwujudkan dengan memberi tugas yang melatih berpikir kritis siswa seperti meminta pendapat kepada peserta didik terkait dengan kejadian nyata yang berhubungan dengan pembelajaran, serta dapat pula dengan pembelajaran yang melatih berpikir ktiris peserta didik dengan menerapkan Project Based Learnig, Problem Based Learning, Guided Inkuiry Learning, dan sebagainya. Contoh pelaksanaan di SD Negeri 3 Banjar Jawa dapat dilihat sebagai berikut.

Pembelajaran dengan Model Problem Based Learning

Meminta Pendapat Peserta Didik Terkait Kejadian Nyata

6. Kreatif

Guru harus lebih memperdalam belajarnya melalui pembelajaran dengan praktik dan menghasilkan produk, sehingga dapat memberikan dampak atau kebermanfaatan yang positif bagi siswa sehingga hal ini akan memunculkan kreativitas siswa. Dalam pembelajaran dapat diwujudkan dengan meminta siswa membuat mind map, infografis, video, dan lain-lain yang berkaitan dengan tugas yang dibuat., serta guru dapat meminta siswa membuat proyek yang menyesuikan dengan kreativitasnya siswa. Contoh pelaksanaan di SD Negeri 3 Banjar Jawa dapat dilihat sebagai berikut.

Membuat Karya Seni dari Limbah Plastik

Membuat Media Pembelajaran oleh Peserta Didik

Nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan yang transformatif yang berperan dalam menjaga keberagaman budaya, agama, ras dan suku sehingga bangsa Indonesia tidak kehilangan jati diri di tengah perkembangan zaman saat ini (Anisya, 2023). Menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa dan mewujudkan profil pelajar Pancasila di era pendidikan abad ke-21 yang Berpihak pada Peserta Didik juga memiliki tantangan di tengah kemajuan dan peradaban pendidikan saat ini, yaitu sebagai berikut.

a. Guru kurang adaptif terhadap perubahan 

Guru terbiasa dengan pola  mengajar yang sudah ada sejak dahulu, sehingga merasa sulit dalam mengadaptasi  perubahan yang ada. Perubahan kurikulum yang ada dianggap memberatkan juga menjadi tantangan bagi guru, sehingga penerapan dalam pembelajarannya pun kurang maksimal. Guru juga terbatas kemampuannya menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, sehingga dalam pembelajaran guru minim mampu menerapkan inovasi-inovasi pembelajaran yang menunjang tercapainya profil pelajar Pancasila.

b. Akses internet tidak merata

Meskipun teknologi telah menjadi kebutuhan dalam menjalankan kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Namun kenyataannya internet yang menjadi penghubung penggunaan teknologi tersebut belum merata. Hal ini dapat menghambat pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk mewujudkan pembelajaran yang diharapkan pada dimensi Profil Pelajar Pancasila.

c. Terbatasnya sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana menjadi penunjang penting yang membantu guru untuk melaksanakan pembelajan yang menuntun peserta didik menghayati nilai-nilai Pancasila. Namun, faktanya terdapat beberapa sekolah, khususnya di daerah tertinggal yang belum memiliki fasilitas memadai sehingga masih memanfaatkan sarana prasarana yang sifatnya konvensional. Hal ini juga kurang adaptif terhadap perubahan yang ada. 

d. Kurangnya kesadaran siswa untuk menjadi lebih baik

Seiring perkembangan dan perubahan peradaban pendidikan, siswa semakin dituntuntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Namun, faktanya siswa dominan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitanya sehingga siswa tidak mampu mengikuti perubahan yang ada untuk menjadikan dirinya lebih baik.

e. Degradasi moral peserta didik

Globalisasi tidak hanya memberi dampak positif, namun memberi dampak negatif pula. Degradasi moral dapat terjadi karena pengaruh teknologi informasi yang membawa nilai-nilai yang tidak sesuai dengan perkembangan peserta didik, serta kondisi lingkungan yang semakin marak dengan kekerasan di tengah kemajuan teknologi. Dengan demikian, penting pembiasaan di sekolah dan pentingnya kerjasama antara sekolah dengan orang tua dalam memberikan arahan dan batasan dalam mengakses informasi digital agar peserta didik mampu membedakan hal baik dan hal buruk yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.

 

Referensi